Sunday 30 November 2014


Pertentangan Sosial dan Integrasi Mayarakat


A.  Pertentangan Sosial
                Pertentangan sosial di dalam masyarakat merupakan salah satu konflik yang biasanya timbul dari berbagai faktor-faktor sosial yang ada di dalam masyarakat itu sendiri. Pertentangan sosial ataupun konflik adalah salah satu konsekuensi dari adanya perbedaan-perbedaan dan tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat misalnya peluang hidup, gengsi, hak istimewa, dan gaya hidup.
            Berikut ini merupakan faktor-faktor yang menyebabkan pertentangan sosial:
1.     Perbedaan Kepentingan
      Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku dari individu. Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan itu bersifat sensial bagi kelangsungan kehidupan individu itu sendiri. Jika individu berhasil memenuhi kepentingannya, maka mereka akan merasa puas dan sebaliknya bila gagal akan menimbulkan masalah bagi diri sendiri maupun bagi lingkungannya. Individu yang berpegang pada prinsipnya saat bertingkah laku, maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu tersebut dalam masyarakat merupakan kepuasan pemenuhan dari kepentingan tersebut.
      Oleh karena itu, individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang yang sama persis dalam aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun rohaninya. Dengan demikian, maka akan muncul perbedaan kepentingan pada setiap individu, seperti:
1.      Kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang.
2.      Kepentingan individu untuk memperoleh harga diri.
3.      Kepentingan individu untuk memperoleh penghargaan yang sama.
4.      Kepentingan individu untuk memperoleh prestasi dan posisi.
5.      Kepentingan individu untuk dibutuhkan orang lain.
6.      Kepentingan individu untuk memperoleh kedudukan didalam kelompoknya.
7.      Kepentingan individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri.
8.      Kepentingan indiividu untuk memperoleh kemerdekaan diri.

     Perbedaan kepentingan ini secara tidak langsung menyebabkan terjadinya konflik, tetapi mengenal beberapa fase, yaitu :
a.       Fase disorganisasi yang terjadi karena kesalahpahaman.
b.      Fase disintegrasi yaitu pernyataan tidak setuju. Di fase ini, memiliki beberapa tahapan (menurut Walter W. Martin dkk), yaitu:
-          Ketidaksepahaman anggota kelompok tentang tujuan yang dicapai.
-          Norma sosial tidak membantu dalam mencapai tujuan yang disepakati.
-          Norma yang telah dihayati bertentangan satu sama lain.
-          Sanksi sudah menjadi lemah.
-          Tindakan anggota masyarakat sudah bertentangan dengan norma kelompok.

Berikut ini merupakan faktor perbedaan kepentingan, yaitu:
a.       Faktor Bawaan
b.      Faktor Lingkungan Sosial

     Kedua faktor diatas merupakan suatu contoh faktor yang dapat menimbulkan  suatu perbedaan. Perbedaan disini dibedakan atas faktor bawaan yaitu suatu faktor yang memang timbul berdasarkan faktor perasaan ataupun bawaan seorang individu dalam menyelesaikan masalahnya. Faktor yang lainnya adalah faktor lingkungan sosial yang merupakan suatu faktor yang terjadi sangat dekat dengan lingkungan sekitar kita. Sebagaimana kita tahu, lingkunga merupakan suatu tempat pendidikan yang paling dekat dengan diri setiap individu yang dapat menentukan baik tidaknya seorang individu di dalam lingkungan sosialnya.

2.     Prasangka, Diskriminasi, dan Enthosentris
a.       Prasangka
            Prasangka adalah suatu pemikiran yang bisa bersifat baik ataupun buruk. Prasangka buruk seringkali menimbulkan konflik/pertentangan. Sebaiknya kurangilah berprasangka buruk tehadap orang atau sesuatu, agar kita dapat menghindari konflik/pertentangan.

b.      Diskriminasi
            Merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, dimana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat, ini disebabkan karena kecenderungan manusia untuk membeda-bedakan yang lain. Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik suku, antargolongan, kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliran politik, kondisi fisik, atau karakteristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminasi.
-         Diskrimansi Langsung
Terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang sama.
-          Diskriminasi Tidak Langsung
Terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan dilapangan.

c.       Ethnosentrisme
            Ethnosentrisme adalah kecenderungan untuk melihat dunia hanya melalui sudut pandang budaya sendiri, maksudnya ethnosenrtisme yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan  norma-norma kebudayaannya sendiri sebagai siatu yang prima, terbaik, mutlak dan dipergunakannya tolak ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain. Ethnosentrisme memiliki 2 tipe yang satu sama lain saling berlawanan, yakni :
1.      Ethnosentrime fleksible
      Seseorang yang memiliki ethnosentrisme ini dapat belajar cara-cara meletakkan ethnosentrisme dan persepsi mereka secara tepat dan bereaksi terhadap suatu realitas didasarkan pada cara pandang budaya mereka serta menafsirkan perilaku pada orang lain berdasarkan latar belakang budayanya.

2.      Ethnosentrisme infleksible
      Ethnosentrisme ini dicirikan dengan ketidakmampuan untuk keluar dari perspektif yang dimiliki atau hanya  bisa memahami suatu berdasarkan perspektif yang dimiliki dan tidak mampu memahami perilaku orang lain berdasarkan latar belakang budayanya.

     Kesimpulanya, di Indonesia banyak terjadi hal-hal seperti diatas, hal itu dikarenakan beberapa faktor, antara lain perbedaan agama, budaya, keyakinan, dan lainnya. Untuk menghindari hal tersebut diasa sulit sebab kurangnya wadah untuk menampung hal tersebut, misalnya kurangnya hubungan antar kelompok, kurangnya sosialisasi, dan yang terpenting adalah kurangnya kesadaran diri sendiri, apabila hal itu dapat dilakukan niscaya hal-hal diatas tidak akan tumbuh.

3.     Pertentangan dan Ketegangan dalam Masyarakat
      Konflik (pertentangan) mengandung pengertian tingkah laku yang lebih luas daripada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar atau perang. Dasar konflik berbeda-beda. Terdapat 3 elemen dasar yang merupakan ciri-ciri dari situasi konflik, yaitu :
a.      Terdapatnya 2 atau lebih unit-unit atau bagian-bagian yang terlibat didalam konflik.
b.     Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-gagasan.
c.      Terdapatnya interaksi diantara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan tersebut.

     Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat terjadi pada lingkunga  yang paling kecil yaitu individu, sampai kepada lingkungan yang luas yaitu masyarakat.
a.      Pada taraf didalam diri seseorang, konflik menunjuk kepada adanya pertentangan, ketidakpastian, atau emosi-emosi dan dorongan yang antagonis didalam diri seseorang.
b.      Pada taraf kelompok, konflik ditimbulkan dari konflik yang terjadi dalam diri individu, dari perbedaan-perbedaan pada para anggota kelompok dalam tujuan-tujuan, nilai-nilai, motovasi-motovasi mereka untuk menjadi angota kelompok, serta minat mereka.
c.       Pada taraf masyarakat, konflik juga bersumber pada perbedaan diantara nilai-nilai dan norma-norma kelompok dengan nilai-nilai dan norma-norma kelompok yang bersangkutan berbeda. Perbedaan-perbedaan dalam nilai, tujuan dan norma serta minat disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman hidup dan sumber-sumber sosio-ekonomis didalam suatu kebudayaan tertentu dengan yang ada dalam kebudayaan-kebudayaan lain.

Adapun cara-cara pemecahan konflik tersebut, adalah :
1.      Elimination
Pengunduran diri salah satu pihal yang terlibat dalam konflik yang diungkapkan dengan : kami mengalah, kami mendongkol, kami kelur, kami membentuk kelompok kami sendiri.

2.      Subjugation atau domination
Orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya.

3.      Majority Rule
Suara terbanyak yang ditentukan dengan voting akan menentukan keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi.

4.      Minority Consent
Kelompok mayoritas yang memenangkan, namun kelompok monoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakat untuk melakukan kegiatan bersama.

5.      Compromise
Kedua atau semua sub kelompok yang terlibat dalam konflik berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah.

6.      Integration
Pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua pihak.

B.  Integrasi Masyarakat
            Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian fungsi.
            Definisi lain mengenai integritas adalah suatu keadaan dimana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing. Integrasi memiliki 2 pengertian, yaitu :
1.      Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu.
2.      Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu.
             Sedangkan yang disebut integritas sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan.
            Suatu integritas sosila diperlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, biak berupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya.
             Menurut pandangan para penganut fungsionalisme, struktur sistem sosial senantiasa terintegrasi diatas 2 landasan berikut :
1.      Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi diatas tumbunya consensus (kesepakatan) diantara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental (mendasar).

2.      Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation). Setiap konflik yang terjadi diantara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial.

             Penganut konflik berpendapat bahwa masyarakat terintegrasi atas paksaan dan karena adanya saling ketergantungan diantara berbagai kelompok. Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial.

Bentuk Integrasi Sosial
1.      Asimilasi
Pembauran kebudayaan yang disertai ciri khas kebudayaan asli.
2.      Akulturasi
Penerimaan sebagian unsur-unsur asing tanpa menghilangkan kebudayaan asli.

Faktor-Faktor Pendorong
1.      Faktor Internal
Faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri, karena biasanya timbul dari suatu perasaan yang dialami oleh seorang individu itu sendiri.
§  Kesadaran diri sebagai makhluk sosial
§  Tuntutan kebutuhan
§  Jiwa dan semangat gotong royong

2.      Faktor Eksternal
Faktor yang berasal dari luar diri individu itu sendiri, karena biasanya timbul dari suatu masalah yang dialami oleh seorang individu itu sendiri didalam lingkungan sosialnya.
§  Tuntutan perkembangan zaman
§  Persamaan kebudayaan
§  Terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama
§  Persamaan visi, misi, dan tujuan
§  Sikap toleransi
§  Adanya kosensus nilai
§  Adanya tantangan dari luar

3.      Homogenitas Kelompok
Dalam masyarakat yang kemajemukannya rendah, integrasi sosial akan mudah dicapai.

4.      Besar Kecilnya Kelompok
Dalam kelompok kecil integrasinya lebih mudah.

5.      Mobilitas Geografis
Adaptasi sangat diperlukan mempercepat integrasi.

6.      Efektivitas komunikasi
Komunikasi yang efektif akan mempercepat integrasi.

7.      Integrasi antara dua hati

Syarat berhasilnya Integrasi Sosial adalah sebagai berikut :
1.     Untuk meningkatkan integrasi sosial, maka pada diri masing-masing harus mengendalikan perbedaan/konflik yang ada pada suatu kekuatan bangsa dan bukan sebaliknya.

2.      Tiap warga masyarakat merasa saling dapat mengisi kebutuhan antara satu dengan yang lainnya.

Golongan-golongan Berbeda dan Integrasi Sosial
                   Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, masyarakat majemuk dipersatukan oleh sistem nasional negara Indonesia. Aspek kemasyarakatan yang mempersatukannya antara lain :
1.      Suku bangsa dan kebudayaannya
2.      Agama
3.      Bahasa
4.      Nasion Indonesia

              Masalah besar yang dihadapi Indonesia setelah merdeka adalah integrasi diantara masyarakat yang majemuk. Integrasi bukan peleburan, tetapi keserasian persatuan. Masyarakat majemuk tetap berada pada kemajemukannya, mereka dapat hidup serasu berdampingan (Bhineka Tunggal Ika), berbeda-beda tetapi merupakan kesatuan. Adapun hal-hal yang dapat menjadi penghambat dalam integrasi :
1.      Tuntutan penguasa atas wilayah-wilayah yang dianggap sebagai pemiliknya.
2.      Isu asli tidak asli, berkaitan dengan perbedaan kehidupan ekonomi antar warga negara Indonesia asli dengan keturunan (Tionghoa, Arab).
3.     Agama, sentimen agama dapat digerakkan untuk mempertajam perbedaan kesukuan.
4.     Prasangka yang merupakan sikap permusuhan terhadap seseorang anggota golongan tertentu.

Integrasi Nasional
      Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga tercapainya keserasian dan keselarasan secara nasional. Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar, baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sis, hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru. Kita ketahui dengan wilayah dan budaya yang melimpah itu akan menghasilkan karakter atau manusia-manusia yang berbeda pula sehingga dapat mengancam bangsa Indonesia.
Contoh-contoh penghambat integrasi nasional, yaitu :
1.      Perbedaan kepentingan, dengan masyrakat yang majemuk tentu akan menimbulkan pula perbedaan kepentingan antara yang satu dengan yang lain, dan bila tidak disikapi secara dewasa hal ini juga dapat menimbulkan gesekan-gesekan masyarakat.
2.      Diskriminasi
Perlakuan yang tidak adil dan memihak hanya satu pihak saja
3.      Masih berkembangnya paham ethosentris, yaitu paham yang menganggap budayanya adalah yang paling unggul dan merendahkan budaya yang lainnya.
4.      Masih maraknya isu keagamaan dan saling menjelek-jelekkan antara agaman yang satu dan lainnya.
5.      Kurangnya rasa persatuan dan kesatuan.
6.      Bhinneka Tunggal Ika hanya sebatas wacana namun tidak pernah diterapkan di praktekkan.

Contoh-contoh pendorong integrasi nasional, yaitu :
1.      Adanya rasa keinginan untuk bersatu agar menjadi negara yang lebih maju dan tangguh dimasa yang akan datang.
2.      Rasa cinta tanah air terhadap bangsa Indonesia.
3.      Adanya rasa untuk tidak ingin terpecah belah, karena untuk mencari kemerdekaan itu adalah hal yang sangat sulit.
4.      Adanya sikap kedewasaan disebagian pihak, sehingga saat terjadi pertentangan pihak ini lebih baik mengalah agar tidak terjadi perpecahan bangsa.
5.      Adanya rasa senasib dan sepenanggungan.
6.      Adanya rasa dan keinginan untuk rela berkorban bagi bangsa dan negara demi terciptanya kedamaian.

Sources :